MEDAN -Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut I.G.P Wira Kusuma mengingatkan untuk mewaspadai nilai tukar Rupiah yang akhir-akhir ini makin melemah.
“Kita berharap agar para stakeholder di Sumut memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Wira pada Bincang Bareng Media ( BBM), Selasa (30/4/2024).
Menurutnya, pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah itu bisa memberi dampak inflasi, sehingga akan berpengaruh terhadap stabilitas inflasi, sehingga dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat karena daya beli menjadi rendah.
Dijelaskannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah tersebut, yakni determinannya fundamental supply valuta asing seperti dollar menyebabkan tergantung kepada ekspor .
“Kondisi ini berdampat terhadap Rupiah yang menggantungkan ekonominya dari ekspor komoditas sehingga membuat neraca perdagangan memburuk,” kata Wira.
Begitu pun Wira optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tetap kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Menurutnya BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2024 mencapai 3,1%.
Pertumbuhan ekonomi terutama ditopang kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan sejalan dengan konsumsi yang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 dan II-2024 diperkirakan akan lebih tinggi dari triwulan IV-2023.
Hal ini didorong permintaan domestik yang tetap kuat dari konsumsi rumah tangga sejalan dengan Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah serta investasi bangunan yang lebih tinggi dari prakiraan ditopang berlanjutnya proyek strategis nasional di sejumlah daerah.
Sementara itu, ekonomi Sumut diprakirakan tetap kuat pada triwulan I-2024.
Hal ini didorong meningkatnya konsumsi masyarakat Sumut, indeks penjualan riil, kinerja konstruksi seiring dengan pemulihan penyaluran kredit ke sektor konstruksi, dan permintaan ekspor dan domestik
Dari sisi pergerakan harga pada Maret 2024, dijabarkan Wira inflasi nasional meningkat, namun terjaga dalam kisaran sasaran.
Inflasi IHK Maret 2024 tercatat sebesar 3,05% (yoy) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 2,75% (yoy) namun masih berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%.
Pada inflasi tahunan Sumatera Utara juga berada dalam rentang sasaran.
Tercatat Maret 2024 Sumatera Utara mengalami inflasi bulanan (mtm) 0,72%, meningkat jika dibandingkan bulan lalu sebesar 0,41%.
Seluruh kab/kota IHK Sumut mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Labuhanbatu sebesar 1,62% dan terendah di Karo 0,12%.
Dijelaskannya, inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Ke depan, katanya Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024 Wira.
Ditambahkannya, pada 2024 ini perekonomian Sumatera Utara juga diprakirakan terakselerasi pada kisaran 4,5-5,3% (yoy) yang didorong oleh optimisme permintaan domestik, penyelenggaraan Pemilu dan PON Sumut.
Kemudian berlanjutnya program perlindungan sosial Pemerintah, prospek investasi Sumut yang tetap kuat, dan permintaan sawit domestik yang tetap tinggi seiring berlanjutnya program hilirisasi industri B35 dan B40.
Selain itu, inflasi gabungan 8 kota IHK Sumatera Utara diprakirakan terjaga dalam sasaran inflasi 2,5±1%.
Dia juga mengungkapkan, inflasi Sumut didorong masih terbatasnya pasokan akibat kebijakan proteksi dari negara mitra dagang.
Selain itu peningkatan permintaan seiring Pemilu dan PON Sumut, potensi kenaikan tarif cukai rokok 2024, fenomena El Nino yang diprakirakan hingga April 2024, serta konflik geopolitik dan disrupsi jalur dagang.
Untuk itu, dalam menjaga inflasi di Sumatera Utara, Wira juga menekankan untuk bisa menjaga suplai di hari-hari besar keagaaman.
Dalam hal ini TPID yang dikomandoi oleh Provinsi Sumut sudah memiliki langkah-langkah yakni melakukan operasi pasar. Kemudian berkejasama dengan Bulog seperti apa stok pangan dan seterusnya. (swisma)