MEDAN– Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berharap Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Husada Medan melakukan berbagai upaya transformasi kesehatan sehingga melahirkan lulusan berkompeten.
“Melalui transformasi kesehatan
dengan 6 pilar yakni layanan kesehatan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan, kita harapkan STIKes Mitra Husada Medan bisa menjadi mitra Kemenkes sebagai upaya mewujudkan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, khususnya Sumut,” kata Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan (Dirjen Nakes) Kemenkes RI, drg Arianti Anaya MKM.
Menurut Dirjen Nakes Kemenkes ini saat menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa STIKes Mitra Husada Medan di aula kampus Jalan Pintu Air IV Kwala Bekala Medan, Rabu (11/1/2023), Indonesia masih sangat kekurangan SDM kesehatan, baik dari tenaga doktet, bidan dan perawat.
Karena itu, katanya perguruan tinggi seperti STIKes Mitra Husada Medan diharapkan perannya untuk menghasilkan tenaga kesehatan atau perawat yang berkompetensi.
“Pemerintah dan perguruan tinggi harus berkolaborasi untuk pemenuhan tenaga kesehatan dan sekaligus penjaminan mutu,” sebutnya di hadapan para mahasiswa STIKes Mitra Husada Medan yang juga dihadiri Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Dra Hj Oos Fatimah Rosyati MKes dan Ketua STIKes Mitra Husada Medan Dr Siti Nurmawan serta Ketua Pengurus Yayasan Dr Drs Imran Saputra Surbakti MM.
Dijelaskan Dirjen Nakes Kemenkes ini, upaya transfornasi kesehatan tersebut dilakukan dengan mengikuti perubahan kurikulum. Hal itu juga sejalan dengan tantangan di dunia kesehatan saat ini.
“Kurikulum harus link and match sehingga lulusannya siap pakai. Selain itu mahasiswa STIKes Mitra Husada Medan harus menguasai teknologi digital dan lebih dari satu bahasa asing,” sebut Arianti.
Kuliah umum yang dimoderatori Dr Herna Rinayanti Manurung S.Tr. Keb, Bd Mkes itu bertemakan strategi kualitas pelayanan tenaga kesehatan, profesional, bermartabat melalui implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini diikuti mahasiswa sekolah tinggi itu yang meliputi Prodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi, Prodi Kebidanan Program Sarjana, Prodi Kebidanan Program Diploma Tiga, Prodi Keperawatan Program Diploma Tiga.
Dirjen Nakes Kemenkes RI ini juga memaparkan masalah kesehatan saat ini yang dihadapi bukan saja penyakit menular namun juga tingginya penyakit katatrospik yang jadi penyebab kematian tertinggi dan berbiaya terbesar.
Disebutkannya, penyakit katatrospik itu seperti penyakit jantung, ginjal, stroke, dan kanker disebabkan gaya hidup yang kurang baik.
Menurutnya, untuk mengatasi permasalahan kesehatan itu diperlukan percepatan upaya, terutama meningkatkan layanan preventif (pencegahan), karena selama ini yang dibicarakan hanya upaya kuratif (pengobatan).
“Padahal kalau bisa melakukan upaya preventif maka biaya pengobatan akan lebih murah,” katanya.
Arianti pun meminta STIKes Mitra Husada Medan persiapkan tenaga kesehatan yang kompeten untuk mendukung program pemerintah.
Dipaparkannya, dalam transformasi sistem kesehatan, yang pertama dilakukan adalah menyesuaikan kurikulummya agar mendukung kekuatan layanan primer dan rujukan, sehingga layanan kesehatan bisa berjalan dengan baik.
Ia yakin STIKes Mitra Husada Medan mampu menghasilkan perawat yang terampil. Itu yang menurutnya perguruan tinggi ini peminatnya luar biasa.
Disebutkannya begitu banyak permasalahan kesehatan sehingga pemerintah perlu strategi dan inovasi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Sekaitan dengan itu pemerintah menargetkan pada 2024 semua tenaga kesehatan di puskesmas lengkap.
Kelengkapan tenaga kesehatan di puskesmas itu, sebutnya meliputi sembilan unsur yaitu perawat, bidan, ahli gizi, Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM), farmasi, Kesling, Promkes, dokter, dan dokter gigi.
Arianti juga memaparkan enam pilar transformasi kesehatan. Pada transformasi layanan primer katanya memungkinkan semua orang memiliki akses mudah mendapatkan layanan primer seperti imunisasi, konsultasi dokter umum, pemeriksaan kesehatan, dan edukasi masyarakat mengenai pola hidup sehat.
Transformasi layanan rujukan menurutnya berfokus pada akses dan mutu layanan rumah sakit berdaya saing. Dalam hal ini, tenaga kesehatan harus ditingkatkan kompetensinya.
Diakuinya, rujukan yang dikirim dari Puskesmas sering telat, lantaran puskesmas susah mendeteksi penyakit pasien. Untuk itu, nantinya di semua Puskesmas akan ada USG guna membantu pendeteksian penyakit.
Transformasi di Ketahanan Kesehatan, kata Arianti, bertujuan supaya semua produk kesehatan, farmaai, alat kesehatan termasuk vaksinnya bisa dibuat di dalam negeri (saat terjadi pandemi).
Sedangkan Transformasi SDM Kesehatan, menurutnya merupakan salahsatu pilar kunci dalam 6 pilar transformasi kesehatan.
Sementara itu Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Dra Hj Oos Fatimah Rosyati MKes dalam kuliah umum itu memaparkan Transformasi SDM Kesehatan dan Transformasi Perguruan Tinggi melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada perguruan tinggi kesehatan.
Dimoderatori Ingka Kristina Pangaribuan S.Tr Keb Bd MKes PhD, Oos Fatimah menyebut fokus pada pilar ke-5 transformasi kesehatan yang ada di Kementerian Kesehatan, yakni Transformasi SDM Kesehatan.
Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk memenuhi jumlah dan distribusi tenaga kesehatan yang merata di seluruh Indonesia, serta peningkatan kompetensi SDM kesehatan.
Ditegaskannya, untuk memenuhi hal tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, sehingga SDM Kesehatan dengan jumlah cukup dan merata di penjuru Indonesia dapat terpenuhi.
Dia juga memapatkan, saat ini terdapat 10.372 Puskesmas, 3.055 rumah sakit, dan kebutuhan akan perawat sebanyak 67 ribu orang. Namun dalam pelaksanaan diakuinya distribusinya tak merata
Menurutnya, dalam pembelajaran juga harus dilakukan transformasi.
Perguruan tinggi dapat menjadi motor penggerak transformasi.
Di sisi lain, tantangan untuk memeroleh mahasiswa yang memiliki minat, bakat semangat cinta belajar dan motivasi profesional menjadi permasalahan tersendiri. Kampus perlu mengembangkan potensi, minat, bakat, olahraga dan seni bagi mahasiswanya.
“Makanya perlu adanya kolaborasi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam peningkatan kualitas sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan,” pungkasnya.
Ketua STIKes Mitra Husada Medan Dr Siti Nurmawan Sinaga, SKM, MKes mengungkapkan, kehadiran dua narasumber tersebut untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa merupakan kehormatan yang luar biasa bagi pihaknya.
Diakuinya, STIKes Mitra Husada Medan tak bisa lepas dari peran Kementerian Kesehatan RI yang mendorong kemajuan yang dicapainya hingga saat ini.
Siti Nurmawan menegaskan komitmennya dengan pengembangan SDM kesehatan di STIKes Mitra Husada Medan.
Pada kesempatan itu ia menuturkan sejarah Mitra Husada Medan yang berdiri sejak 2006, dan berubah bentuk dari Akademi Kebidanan Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) pada 18 Oktober 2017.
Kuliah Umum dirangkai dengan penandatanganan prasasti Balai Pelatihan Competency Learning Center (Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Pelatihan) Mitra Husada Medan oleh Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI drg Arianti Anaya MKM. (swisma)