MEDAN – Beredar kabar sejumlah pimpinan (Ketua) organisasi mahasiswa Medan ditangkap oleh polisi. Mereka ditangkap dengan tuduhan melakukan pemerasan terhadap pejabat yang tidak disebutkan nama dan asal instansinya. Maka terlalu terburu-buru jika ada pernyataan dari pihak manapun yang menyebut kasus ini pemerasan.
Demikian disampaikan Sutrisno Pangaribuan, Senior (Alumni) Aktivis Mahasiswa, dari rilis yang diterima awak media, Rabu (7/8/2024). Ia juga menduga, para mahasiswa itu dijebak oleh pihak tertentu untuk tujuan pembungkaman, dan pembunuhan karakter.
“Sebagai senior (alumni) aktivis mahasiswa, pernah menjadi Ketua BPC GMKI Medan (2003- 2005), saya percaya bahwa aktivis mahasiswa tidak memiliki kecakapan, keahlian, dan keberanian memeras pejabat. Maka tuduhan pemerasan yang disampaikan oleh siapapun diduga sebagai upaya terstruktur, sistematis dan massif (TSM) untuk membunuh karakter, menghancurkan kredibilitas, dan melemahkan gerakan (aktivis) mahasiswa,” ungkap Politisi PDIP ini.
Ia juga menduga penangkapan pimpinan (ketua) organisasi mahasiswa tersebut berkaitan dengan aksi yang mereka gelar sebelumnya. Patut diduga sebagai reaksi dari pihak tertentu yang terganggu dengan kegiatan atau aksi dari organisasi mahasiswa tersebut baru-baru ini. OTT tersebut diduga bertujuan untuk membungkam, menertibkan organisasi mahasiswa di Medan.
“Maka seluruh aktivis mahasiswa jangan mau dipengaruhi tuduhan pemerasan yang sengaja dibangun. Semua narasi tentang pemerasan sengaja dibangun untuk memecah- belah aktivis mahasiswa di Medan. Maka seluruh aktivis, gerakan mahasiswa harus bersatu, bergerak untuk menggalang kekuatan menghadapi kekuasaan politik yang otoriter,” tegasnya.
Lanjut Sutrisno, Negara ini menjamin kebebasan berpikir secara kritis. Maka siapapun tidak boleh membungkam apalagi membunuh pikiran dan kesadaran kritis. Untuk itu, ia meminta polisi segera membebaskan keempat pimpinan (aktivis) mahasiswa tersebut.
“Mereka adalah calon- calon pemimpin bangsa yang sedang belajar, berjuang. Mereka menjadi aktivis mahasiswa karena tidak memiliki darah biru yang membuat mereka mudah mencapai sesuatu. Mereka harus belajar, berjuang agar kelak bisa menjadi bupati, walikota, gubernur, hingga presiden. Sebab mereka bukan anak, menantu, cucu dari walikota, bupati, gubernur, atau presiden,” tandasnya.
Seperti diketahui, dikabarkan ada empat orang aktivis yang disebut-sebut dari Cipayung Plus diamankan polisi dalam aksi Operasi Tangkap Tangan (OTT). Sebelumnya, mereka sempat menggelar aksi unjukrasa mengevaluasi kepemimpinan Wali Kota Medan, Bobby Nasution.
Informasi yang diterima awak media, Rabu (7/8/2024) siang, keempat aktivis tersebut di-OTT Polrestabes Medan atas dugaan melakukan pemerasan terhadap pejabat Pemko Medan.
“Kata adek-adek ada 4 orang ditangkap, yaitu Ketua GMNI Medan, PMII, KAMMI dan Himmah,” demikian informasi yang diterima wartawan.
Dilansir dari Tribun-Medan, Rabu (7/8/2024), Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Jama Kita Purba membenarkan penangkapan tersebut.
“Yang jelas OTT ada,” jawab Jama kepada wartawan.
Namun sayangnya, ia belum bersedia menjelaskannya secara detail.(Bj)