ACEH- Raja Metar Bilad Deli XI ditunjuk sebagai Wajir Kesultanan Aceh Darussalam di Wilayah Deli. Penunjukan Raja Kejeruan Metar Bilad Deli ke-11 YTAM Tuanku Muhammad Fauzi SKom.gelar Al-Mulk Akbarsyah Ibni Tengku Zaini setelah hadir memenuhi undangan Yang Dipertuan Agung Kesultanan Aceh Darussalam KDYMM Sultan Saifullah Alaiddin Riayat Syah.
Yang Dipertuan Agung Kesultanan Aceh Darussalam bersama perangkat dan ke- zuriatan. Tampak hadir Dato’ Kiam Radja TG. Prof DR (HC) Fekri Juliansyah PhD, Ketua Lembaga Dzurriyat Radja Sultan se-Nusantara, Abdul Rahman Panglima Kerajaan Meureuhom Daya, Dayang Istana, Teuku Zubir, Qadam Makam Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah Tgk Muhammad Amin Ali, Muhammad Hafidz, Datok Penghulu Juanda, Zulbahri dan masyarakat Adat Kerajaan Meureuhom Daya.
Astana Poteumeureuhom Daya, Gampong Gle Jong Kecamatan Jaya, Kabupaten Acehjaya, Jumat (2/5/2025) menjadi saksi pertemuan tersebut. Raja Metar didampingi datok-datok perangkat. Diantaranya Datok Mukhlis Setia Diraja, Datok Delfi Setia Bentara Kanan, Datok Dody Setia Pertimbangan, Datok Adek Setia Amaran, Datok Sofwan Setia Pentara Negeri Kejeruan Metar Bilad Deli, Datok Sri Prof Ridha Darmajaya dan Datok Agung Indrawansyah.
Yang Dipertuan Agung Aceh Darussalam mengatakan ingin kembali menjalin hubungan silaturahim. Sebelumnya telah dibina oleh para leluhur.
Yang Dipertuan Agung Aceh Darussalam menegaskan bahwa Kejeruan Metar Bilad Deli adalah Wazir Kesultanan Aceh Darussalam memerintah negerinya secara otonom di wilayah Deli. “Wilayah Kesultanan Daya memiliki potensi besar. Diantaranya sumber daya alam yang belum dikelola,” sebutnya.
Untuk itu, ia meminta Raja Metar membawa para investor untuk bisa bekerja sama mengelola sumber daya alam tersebut. Kemudian ingin mempererat kerja sama di bidang kesenian dan kebudayaan,” ujarnya.
Sari kata alu-aluan sejarah Kejeruan Metar Bilad Deli dibacakan Datok Setia Diraja (Datok Mukhlis). Pada silaturahmi tersebut, dilanjutkan penyerahan sijil yang menyatakan bahwa Kejeruan Metar Bilad Deli sejak dahulu sampai saat ini masih ber-sultankan kepada Aceh Darusalam.
Setelahnya kedua belah pihak, Raja Kejeruan Metar Bilad Deli XI dan Yang Dipertuan Agung Sultan Aceh Darussalam saling memberikan cendera mata.
Dalam catatan sejarah Kesultanan Aceh, Kerajaan Meureuhom Daya (Kesultanan Daya) didirikan oleh Sultan Salatin Alaidin Riayatsyah Bin Sultan Inayatsyah Bin Radja Abdulah Almalikul Mubin tahun 1480 M.
Salah satu cikal bakal berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam yang pernah mencapai puncak masa kejayaan diawal abad ke-17 Masehi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam.
Seperti diketahui dalam sejarah, pada masa saat itu Aceh Darussalam merupakan satu dari lima emperium besar di dunia setara dengan Kesultanan Osmani Turki, Kesultanan Persia Iran, Kesultanan Mogol India dan Kesultanan Maroko.
Sejak tahun 2006, Raja Meureuhom Daya dipimpin oleh Sultan Saifullah Alaiddin Riayatsyah yang saat ini menjabat Yang Dipertuan Agung Kesultanan Aceh Darusallam. Menaungi Sembilan Negeri tersebar di wilayah Aceh beserta beberapa kerajaan taklukkan pada masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam. (dmp/isl)